Kutukan Sembilan Setan (2023) 7.8
Nonton Film Horor Kutukan Sembilan Setan (2023) | KITA NONTON
Nonton Film Kutukan Sembilan Setan – akan saya kenang sebagai film horor yang paling membuat saya tidak mengantuk pada bulan Juni lalu. Sayangnya, itu bukan pertanda baik. Karya terbaru dari Arie Azis ini, sejak pengenalan karakternya sudah membuat saya konsisten menggelengkan kepala alih-alih menunduk. Dalam rangka menghibur diri pun, saya tidak ragu untuk menertawakan beberapa dialog ajaibnya, termasuk ungkapan “setan anjing” yang pada filmnya berkali-kali diucapkan.
Film ini dibuka adegan yang menunjukkan seorang anak kecil berketurunan Belanda yang hendak dibunuh para perampok di rumahnya. Sekitar 70 tahun kemudian, tempat tinggal sang anak ternyata menjadi vila yang disewakan kepada lima sahabat yang hendak berlibur ke Bromo. Ada Devon (Ajil Ditto) yang tergiur dengan vila tersebut karena harga sewanya yang murah, Miko (Joshua Suherman) yang paling penakut, Sarah (Frisly Herlind) yang terobsesi menjadi selebgram, Lia (Denira Wiraguna) yang bekerja di kafe, dan Verdy (Fandy Christian) yang memiliki rasa lebih terhadap Lia.
Judul dari film ini ternyata tidak sekedar clickbait, karena jumlah arwah yang bergentayangan pada film ini benar-benar ada sembilan. Mereka adalah keluarga keturunan Belanda beserta kedua pembantu pribumi yang dibantai secara sadis. Latar belakang mereka dipaparkan lewat beberapa adegan perayaan ulang tahun di masa lalu dan narasi dari seorang tokoh yang terbilang misterius. Arwah yang bergentayangan, satu persatu sudah menampakkan diri bahkan ketika suasana pada filmnya masih siang hari dan para tokoh utama kita baru mengeksplor vila yang akan ditempati. Suasana mencekam dibangun mengandalkan scoring yang sangat berisik dalam beberapa adegan yang sudah lazim ditemui pada film horor berlatarkan rumah tua. Contohnya seperti piano yang tiba-tiba berbunyi, rasa kaget yang dimulai tepukan pada bahu, atau jumpscare di kamar mandi yang dimulai riak air dari shower. Tidak salah apabila menganggap film ini sudah ketinggalan zaman.
Logika dari karakternya pun lebih parah. Devon dan teman-temannya sudah saling sepakat bahwa vila yang mereka tempati berhantu, tetapi tetap menjalani keseharian secara normal. Bahkan ada salah satu karakternya yang berpikiran terbuka dan mengajak teman-temannya hidup berdampingan bersama arwah yang belum mereka ketahui motivasinya. Pertengkaran yang terjadi karena fenomena seram di vila mereka akan mudah dilupakan karena beberapa jam setelah bertengkar, mereka tampak berinteraksi seperti biasa lagi, seolah sedang berlibur di tempat yang wajar. Setelah sebuah kejadian seram terjadi pun, tampak tidak ada itikad dari semuanya untuk makin saling menjaga satu sama lain.
Berulang kali naskahnya menunjukkan alasan Devon dan kawan-kawannya untuk tetap tinggal adalah karena faktor ekonomi dan merasa mubazir atas vila murah yang mereka dapatkan. Mungkin film ini memuat sebuah pesan untuk tidak mudah tergiur dengan tawaran harga yang fantastis dari para penyewa vila, yang secara ekstrem ditujukan pada para Gen Z yang menontonnya. Jika benar demikian, maka ada lagi pesan bagi para kaum ekonomi rendah (begitulah sebutan dari Devon dan Miko pada film ini) untuk tidak neko-neko ketika merencanakan liburan bersama sahabat tercinta. Cukup isi waktu liburan dengan kegiatan yang sederhana dan murah meriah seperti menonton film bertema persahabatan lewat layar komputer atau wisata kuliner ke tempat dengan harga yang terjangkau.
Menuju resolusi konflik, naskahnya semakin aneh karena filmnya mendadak berubah dari suasana menyeramkan dan penuh cemas menjadi suasana liburan ke Bromo. Ketika seharusnya filmnya mengungkap motivasi sang arwah, yang didapatkan penonton adalah sisipan iklan pariwisata yang tidak pernah diharapkan. Untungnya, filmnya segera beralih menyajikan plot twist yang benar-benar mengejutkan perihal sosok arwah yang mengganggu mereka.
Actors:Ajil Ditto, Brooklyn Alif Rea, Denira Wiraguna, Fandy Christian, Frislly Herlinda Balqis, Holao Fadlan, Joshua Suherman
Directors: